Cerpen- Sad Ending. Author : Fanni salma :) Judul : Sad ending. Ada hari dimana dunia ini dimulai dan tentu akan ada akhir dari segalanya. Aku tau, masih banyak hal yang tak pernah terpikirkan olehku namun tentu saja aku tak pernah menyadarinya. Dari awal aku sangat tau bagaimana perjalanan kehidupan, tak dapat di duga, tak pernah terlintas apa
Akusudah mencoba mengendalikan mobil itu tapi tak dapat mencegahku untuk terjerumus ke jurang kematian itu. Berjam-jam aku tak sadarkan diri di dalam mobil yang keadaannya sudah rusak parah menerjang pepohonan sekitar. Tubuhku sudah penuh dengan darah dan aku seperti sedang ada di tengah kematian dan kehidupan.
CintaBerakhir Kematian. Cerpen Karangan: Faiqotul Muniroh. Kategori: Cerpen Cinta Sedih. Lolos moderasi pada: 22 June 2016. Pagi ini tidak bersahabat, langit yang biasa terlihat indah dengan sinar mentari indahnya, tiba-tiba enggan membagikan sinarnya pada bumi. Sehingga tampak mendung yang disertai gerimis.
Sebuahpeti yang terkubur. Kematian. Matikah aku? Mendadak aku merasakan rasa takut dan sesak yang amat sangat di dalam tempat ini, seperti penderita klaustrofobia yang panik kehabisan udara. Anjing! Buka petinya! Kudorong, kutinju, kutendang-tendang sembarangan sampai peti mati terkutuk itu berudarakan debu, tetapi tidak ada yang terjadi. Sia-sia.
KematianTerindah. Cerpen Karangan: Anteng Maya Surawi Air mata ini seraya aliran sungai yang tak pasti di mana letak ujungnya. Menciptakan segala kegelapan dan kesenduan hati. Bayangannya seolah telah melekat pasti di dalam jiwa dan ragaku. Sampai di bawah batas kesadaranku pun aku tak mampu sama sekali untuk melupakannya.
Mungkindi mata orang lain, kematianku adalah hal yang tragis dan menyedihkan, tapi untukku, kematian ini adalah kematian terindah, karena dengan kematian ini, aku dapat memeluk erat kekasih hatiku, separuh dari nyawaku, orang yang paling aku cinta, Andika Satria, dan kini aku tak akan melepasnya lagi.. Cerpen Karangan: Anteng Maya Surawi
Tibatiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang Bayu, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana.
FEKjm. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Manusia meninggal setiap hari, karena sakit, kecelakaan, dibunuh, bahkan bunuh diri. Tidak ada hal yang membahagiakan jika berbicara tentang kematian. Kita ditinggalkan oleh orang-orang yang kita cintai, meninggalkan kita dalam kesedihan dan penderitaan. Ada banyak kisah menyedihkan tentang mereka yang ditinggal mati. Dan mungkin orang selalu berpikir, bahwa mereka yang ditinggalkan kematian adalah orang-orang yang paling menderita. Tapi, mereka yang meninggalkan kehidupan juga menderita atau bahkan lebih menderita dari mereka yang ditinggalkan. Dan kau tidak akan mengerti maksud ucapanku, sampai kau mendengar kisahku. Semua berawal di bulan Desember tahun lalu. Aku resmi menjadi relawan kematian setelah menjalani enam bulan masa pelatihan. Akhirnya, aku mendapatkan klien pertamaku. Dia adalah arwah seorang gadis berusia 18 tahun bernama Adelia. Dia datang dengan mengenakan piyama abu-abu. Rambut keritingnya terlihat berantakan dan menutupi hampir sebagian wajahnya. Dia begitu pucat. Lingkar matanya hitam dan terlihat sayu. Aku melihat bekas luka di lehernya, sudah membiru. Dari situlah aku tahu kalau dia mati gantung diri. Dia berdiri tepat di hadapanku, seorang gadis yang putus asa, sedih, dan menderita. Aku merasa canggung, tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya. Aku berpikir, haruskah aku tanyakan bagaimana kabarnya, apa dia lapar, atau haruskah aku seperti dokter dan menanyakan apa keluhannya. Aku lihat dia sedang bersusah payah merapikan rambut keritingnya. "Apa kamu punya sisir?" Aku, yang sudah siap untuk membuka percakapan, seketika terdiam kembali. "Si...sisir?" terkejut mendengarnya dan merasa sangat norak di hari pertamaku. Aku membuka laci meja dan mencari apakah ada sisir di sana. Aku tidak menemukan sisir. Kemudian aku ingat kalau aku selalu membawa ikat rambut di kantong celanaku. Aku pun memberikan ikat rambutku sebagai pengganti sisir. Setelah dia mengikat rambutnya, aku memintanya bercerita tentang kematiannya dan apa yang harus aku lakukan untuk menolongnya. 1 2 3 4 5 6 Lihat Cerpen Selengkapnya
Cerpen Karangan Faiqotul MunirohKategori Cerpen Cinta Sedih Lolos moderasi pada 22 June 2016 Pagi ini tidak bersahabat, langit yang biasa terlihat indah dengan sinar mentari indahnya, tiba-tiba enggan membagikan sinarnya pada bumi. Sehingga tampak mendung yang disertai gerimis. Membuat hati ini semakin redup seakan alam turut merasakan kesedihanku. Satu minggu yang lalu saat aku ingin masuk kelas, tiba-tiba terjadi sesuatu padaku yang tidak terduga. Kepalaku terasa sakit, tidak aku sadari tetesan darah keluar dari hidungku, dan tiba-tiba aku sudah ditemukan tergeletak dengan tidak sadarkan diri. Ketika perlahan ku membuka mata, asing, aneh, bingung yang ku rasakan dengan ruangan itu. Kutanyakan pada diriku sendiri, “Di manakah aku” dalam batinku. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang semakin lama, suara itu mendekat padaku. Ternyata sosok itu adalah kekasihku yang paling aku sayangi. “Hai Ra, kamu sudah sadar.” Sapanya halus “Aku ada di mana sekarang?” Tanyaku “Kamu sekarang ada di rumah sakit.” Jawabnya singkat “Kenapa aku bisa ada di sini, ada apa denganku?” aku terus bertanya-tanya “Tiga hari yang lalu sewaktu di kelas kamu tidak sadarkan diri, kamu mengalami koma tiga hari.” “Kenapa bisa seperti itu, apa yang terjadi padaku Van?” Tanyaku dengan terkejut Ketika pertanyaanku keluar, tiba-tiba wajah Revan terilhat berubah. Dia sedih sampai tidak sadar meneteskan air matanya, dan entah apa yang dia tangisi sehingga aku juga merasa bingung. “Aku berharap saat kamu mendengar semua ini tidak terkejut dan sedih. sesungguhnya kamu di Diagnosa terkena kanker Otak staidum akhir.” Jawabnya dengan kesedihan yang terihat di wajahnya Seketika aku terkejut dengan jawabannya, tapi aku tidak ingin melihatnya semakin bersedih karena keadaanku seperti ini. Aku berpura-pura untuk terlihat tenang di depannya seakan-akan tidak terjadi apapun padaku. Tapi sesungguhnya saat itu hatiku sangat hancur, pikiranku kacau. Serentak aku menyuruhnya keluar dari ruangan penuh dengan bau obat-obatan. Dan setelah dia keluar, tetasan air mata sudah tak kuat kutahan sampai akhirnya membasahi pipiku. Aku sangat sedih karena penyakit itu terlihat ganas, tapi apalah daya penyakit ini sudah menyatu dengan tubuhku. Tidak tahu aku masih bisa bertahan berapa lama lagi, jika aku boleh meminta aku ingin hidup lebih lama lagi dengan orang yang aku sayangi. Setelah satu minggu aku berada di rumah sakit, aku pulang ke rumah diantar Revan, dengan perasaan yang sama. Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang tempat tidurku. Di situ aku mengambil buku kumpulan semua curhatku. Buku diary itu pemberian dari kekasihku Revan, aku menulis 12 September 2009 Dear Allah Apakah aku masih bisa merasakan kehidupan yang lebih lama dengan orang-orang yang ada di dekatku. Aku tidak ingin melihat Revan bersedih karena ku Tuhan. Aku sangat sayang padanya, aku ingin merasakan hidup bersama dalam satu keluarga dengannya, aku tidak ingin berpisah, aku ingin selalu bersamanya. Sebelum aku berpisah dengannya, apakah aku boleh pergi ke tempat faforit kami Tuhan. Aku siap diambil nyawaku, tapi setelah aku pergi bersamanya. Tuhan aku ingin membuatka sebuah lagu, tapi tangan ini sudah tidak berdaya. Sepertinya tenagaku terkuras habis, tubuhku semakin lemas, dan sepertinya aku juga ingin berbaring dan tidur di tempat tidurku. Tapi sebelumnya aku ingin mengucapkan kata “I Love You Revan.” Fara Mungkinkan diary itu terakhir yang aku tulis, karena aku merasa hidupku sudah tidak lama lagi, dan disisa umurku ini aku ingin membuat orang-orang yang aku sayangi bahagia. Aku tidak ingin mereka terpuruk karena kepergianku nanti. Aku mencoba untuk tegar dan kuat dihadapan mereka, mungkin melalui penyakit ini aku bisa lebih dekat dengan mereka. Mungkin ini memang sudah jalan terbaik untukku. Walaupun Revan sudah mengetahui penyakit yang aku derita, dia tetap sayang dan cinta padaku. Sore itu Revan datang ke rumahku, tanpa menunggu lama dia masuk ke kamarku tapi melihat aku sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Revan pun langsung membawaku ke rumah sakit. Seandainya tidak ada Revan waktu itu, mungkin aku sudah tidak bias melihat dunia yang indah ini lagi. Saat itu keadaanku sudah sangat buruk dan mungkin ini juga pertemuan terakhir dengan mereka. Karena setelah aku sadar beberapa menit, aku kembali tidak sadarkan diri dan koma. Angin menderu keras membelai apa saja yang ditemuinya. Membuat gorden putih ruanganku terombang-ambing terkena desahan nafasnya. Menebarkan aroma embun semerbak yang melayang-layang memenuhi ruanganku dan dengan beraninya menerobos. Pelahan aku membuka mata melihat semua orang yang aku sayangi ada di sekelilingku, termasuk kekasih yang aku cintai. Mereka terlihat senang saat aku membuka mata dari empat hari koma. Aku menahan sakit di hadapan mereka, memang aku tidak ingin melihat mereka sedih. Walaupun aku nantinya tidak jadi menikah dengan Revan, setidaknya aku sudah pernah merasakan kasih sayang dari Revan. “Mungkin aku pergi terlalu pagi, maaf aku pergi mendahului kalian. Tapi aku tidak bisa mengingkari takdirku, mungkin ini bukti kalau aku disayang oleh Tuhan. Aku sayang sama Ibu dan buat kamu Revan kekasihku, kamu jangan pernah hapus rasa cintamu padaku, karena aku juga akan membawa cinta kita sampai nanti aku tidak ada. Aku sangat menyayangi kalian,” Dan kata perpisahan itu terucap dari mulutku “Kamu tidak akan meninggalkanku Ra, aku percaya kalau kamu masih bisa sembuh. Jadi percayalah kalau kamu masih bisa hidup bersama keluargamu. Kemarin kamu bilang mau pergi ke pantai, yang dulu tempat awal jadian kita.” Ucap Revan dengan tersenggak-senggak menahan air matanya keluar “Revan, aku tidak akan pergi meninggalkanmu. Aku hanya ingin tidur sebentar saja, nanti kamu bisa bangunkan aku. Jadi Revan jangan menangis lagi ya.” Jawab Fara dengan meneteskan air mata Beberapa menit kemudian kebahagiaan itu pun hanyut dalam tetsan air mata. Tepat pada pukul 1100 pagi itu aku menghembuskan nafas terakhirku. Tapi, disitulah aku menemukan kebahigaanku kembali yang sempat terhanyut dalam lautan kesedihanku. Aku hanya berpesan pada Revan, jangan pernah menyerah. Aku di sini akan tetap cinta dan sayang padamu selamanya. Selesai Cerpen Karangan Faiqotul Muniroh Facebook Padamu Fanya Sayank Cerpen Cinta Berakhir Kematian merupakan cerita pendek karangan Faiqotul Muniroh, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Menunggumu Oleh Qoylila Azzahra Fitri Mataku menerawang entah ke mana. Pikiranku kosong, benar benar kosong. Aku melamun sangat lama. Aku penasaran dengan siswa baru yang akan mendatangi kelasku. Semoga laki laki. Yah, inilah aku, Yang Terlupakan Oleh Van Nusantar Berlari dari kenyataan pahit yang telah terpatri, membuatku menjadi sosok yang tak pernah aku mengerti. Rasa sesal ini, melekat erat bersemayam di dasar hati. Andai saja dosa itu tak Bertahan Sendiri Oleh Tasya Aulya R. Tak ada lagi kerlip di matamu. Tak ada lagi senyum penuh kehangatan di bibirmu. Dan tak ada lagi… Genggaman erat pemberi semangat darimu. Haruskah sekarang? Tak bisakah nanti? Saat I’m Sorry Oleh Dewi kurniawati Kriiinggg “kara bangun alarmmu sudah berbunyi nak sholat subuh dulu” sudah kutebak itu pasti ibuku, “iya bu kara bangun” dengan langkah berat dan mata yang masih setengah terbuka aku Putaran Oleh Muran “lalu mengapa kamu membawa ku kesini?” Suaranya terdengar di antara deruan angin saat senja itu, memecah kediaman ku selama beberapa saat “hmm, aku tau kamu tau..” “tau apa?” Aku “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
cerpen sad ending kematian